Thursday, April 30, 2009

Ovi by Nokia comes with N97

I am not so interested about anything related to competition between Apple with Microsoft, Apple with Nokia, Apple with everyone. Apple is not the oldest in PC industry and just came into mobile phones, but obviously it is where the following trends come from. Every company can have their own genius engineers bring in the superb functionality but their innovation lose to Apple. In case of N97, I just perceived it as an excellent successor of Nokia's evolution 5800XpressMusic at first but now it seems to be intentionally aimed for iPhone. At roughly very close period, Nokia's -another breakthrough- Ovi Store is launched -in a few weeks from now- targeted to Apple's App Store.



App Store is surely a huge hit for any mobile phone developers as it reached over 1 billion in less than 1 year!! Do remember that they just put the applications tied-in iPhone+iTouch, which are also new compared to a decade age of other mobile phone brands. For this Ovi, same as Apple, Nokia will get 30% of the selling revenues from its online store.


I never argued that iPhone has now ruled the mobile industry. Nokia's first touchscreen 5800 was not the first follower of iPhone. By the end of last year, SE's X1 was like a massive buzz and shortyly after the promotion got slower, Nokia 5800 ads are everywhere.



That's an attractive promotion to see other tie-ins with Facebook, MySpace, LinkedIn etc. Let's see whether its social network functionalities can beat iPhone :)



Great promotion, and hopes it's not just merely a promo.



Looking at functionalities, its screen looks better than iPhone, especially in resolution, though personally I still give two thumbs up for SE X1. QWERTY keyboard, I thought, is just a choice. Some people like me hate touchscreen keyboard. Its memory is just a crazy surprise but please think twice, is it really needed? Seeing its memory, yes, iPhone's memory is really one of the main setbacks. For camera it's better than iPhone but not the best one, and obviously even 2-3 MP is already much more than enough for mobile phone, except you cannot use it.



Wondering why everyone calls it iPhone's Killer, let's see whether it will :)


The important part actually should go to the touch screen which makes your price, makes the main intention, promotion, and everything. How responsive it is would then be the measurement and as Nokia's previous products, we should see how often this new N-series got crashed against iPhone, if you want to compare, which seems to be much more reliable.

Sunday, April 26, 2009

Math

Sedari kecil saya selalu ditanamkan bahwa matematika adalah ilmu pasti. Matematika itu jawabannya cuma satu. Berbeda dengan bidang lain, misalnya sosial, dimana berbagai solusi dapat diperdebatkan. Saya tidak pernah memperdebatkan hal ini namun seiring pelajaran matematika yang saya dapatkan di sekolah dari TK-SMA saya dapat menyadarinya kebenaran akan istilah 'ilmu pasti' tersebut.

Memang hasil dari suatu soal atau pertanyaan tidak selalu satu dan unik. Ambil contoh,
---> x^2-4 = 0 ,menghasilkan x=2 atau x=-2. Hasilnya, nilai dari x adalah salah satu diantara 2 bilangan tersebut dan bilangan mana pun yang dimasukkan jke dalam pesamaan jawabannya akan selalu benar, namun Anda tidak dapat memasukkan kedua2nya sekaligus bukan? Kira-kira begitulah yang disebut ilmu pasti, dimana dalam kasus ini, salah satu dari keduanya.
---> x = 0/0 , menghasilkan x adalah bilangan tak tentu. Nilai dari x dapat digantikan dengan bilangan apa pun, sekalipun bilangan itu 0 atau tak hingga. Nilai dari x dapat bervariasi tapi hasil dari persamaan tersebut adalah: x bilangan tak tentu. Beberapa orang menyebut istilah ini untuk mendukung keberadaan seni dari matematika. Ya terkadang matematika memang dapat membuat kita berdecak kagum.

Sayangnya, setidaknya dari pemikiran pribadi saya, bila tidak berhati-hati, ini akan menjadi bumerang bagi matematika itu sendiri. Dari usia yang sangat dini seorang anak diajarkan kebenaran dari suatu soal dalam matematika. Bahkan seringkali, hanya kebenaran itu, ya, hanya benar atau tidaknya. Sebenarnya saya merasa dibujuk untuk kembali berpikir oleh tayangan di salah satu stasiun televisi swasta yang diadoptasi dari reality show Amerika. Saya mengatakan 'kembali berpikir', karena saya memang pernah memikirkannya saat SD, dan tidak mendapatkan jawabannya hanya mengganggap hal ini sangat sepele.

3x4 adalah 3+3+3+3 atau 4+4+4?
sebagian orang dengan cepat menjawab salah satu diantaranya. Apa pun jawaban yg benar, saya masih meragukan kebenaran tersebut.

Saya bertanya balik, atau katakanlah, bertanya kepada diri sendiri, 3x4 itu 3 kali 4 atau 3 dikali 4? Apakah A kali B berarti ada B sebanyak A kali, dan A dikalikan B berarti A dikalikan sebanyak B kali? Ataukah ada persepsi yang lebih baik (dan benar)? Bagaimana dengan A-B, apakah 'A kurang B' dan 'A dikurang B' itu sebenarnya sama?

Jika saya bertanya kepada orang-orang saya yakin sebagian dari mereka tidak akan menghiraukan saya, 'Penting gak sih?', 'Toh jawabannya juga sama!', 'Itu kan cuma masalah bahasa, verbal atau tertulis!'. Ya, karena pertanyaan ini tidak penting, dan memang tidak penting, saya pribadi tidak mengetahui jawabannya dan toh bisa lulus sampai SMA dengan nilai matematika yang tidak pas-pasan, namun salah kaprah terkadang bisa fatal.

Dari hal-hal yang luar biasa sepele ini orang menghiraukan pemahaman dari matematika itu sendiri. Kembali ke 'keindahan' matematika tadi, matematika itu ilmu pasti. Ya, jawabannya pasti, namun apakah matematika cuma terletak kepada jawabannya? Hal sepele dan tidak penting tadi timbul dalam diri kita sebagai suatu mindset dalam belajar matematika bahwa hasilnya harus benar, dan terkadang beberapa orang menilai, 'yang penting jawabannya benar'.

Terkadang bila disuruh mengecek kembali jawaban teman Anda, yang Anda lihat pertama kali hanya jawabannya. 'Kalau jawabannya bener, ya seharusnya semuanya bener'. Menurut saya dalam matematika, terlalu banyak hal yang dianggap sepele.

Di minggu2 terakhir SMA saya pernah berdebat dengan guru matematika saya. Saya tidak begitu mengingat angkanya tapi kurang lebih seperti yang digambarkan oleh fungsi y^2=x. Beliau membedakan y^2=x dan y=akar dari x. Saya langsung menyanggah bahwa seharusnya kedua fungsi tersebut sama dan ironisnya beberapa murid juga berpendapat demikian. Kembali ke kasus yang sangat sepele tadi, 'Toh jawabannya sama'. Namun sayangnya dalam kasus antara 2 fungsi tadi, bisa jadi jawabannya tidak sama.

Mungkin bagi yang masih kuliah dan masih fresh akan matematika bisa mengingat kesalahan dasar (dan kita selalu tau untuk menghindari hal ini) dimana f(x)/g(x) > 0, Anda diminta untuk mencari nilai x, dan kalikan kedua ruas kanan&kiri dengan g(x) adalah kesalahan yang sangat fatal. Saya pernah melakukan hal tersebut sewaktu SMP dan terkejut mengetahui ini salah. 'Koq salah, toh sama aja'. Sayangnya dalam kasus ini, jawabannya justru salah.

Saya yakin kesalahan ini tidak akan menjadi kesalahan umum seperti sekarang bila yang sepele-sepele tadi tidak dibuat sepele. Bukannya sok membesar-besarkan masalah, tapi semua sisi harus dipahami. Tidak ada istilah, 'Ah, itu kan cuma masalah pengucapan kali-dikali doank!' karena tidak ada batasan-batasan dalam matematika. Berbeda dengan ilmu lainnya dimana satu masalah bisa dibawa ngelantur ke hal-hal yang sangat sinkron. Dalam matematika semua sub-ilmu bisa dihubungkan secara langsung ke sub-ilmu lain, karena alasan tadi, matematika adalah ilmu pasti. Dibawa kemana pun tidak akan berubah. Jadi bukan hanya benar atau tidaknya jawaban dari suatu soal. Matematika itu ada prosesnya, tapi seringkali jalan/cara menuju jawaban biasanya dijadikan guru-guru sebagai 'bukti' bahwa mereka tidak menyontek. Saya terkadang ragu apakah semua guru melihat baris per baris cara2 tersebut.

Mungkin tidak perlu jauh-jauh membahas soal SMA yang rumit. Di universitas sekarang saja, saya hanya diberikan rumus oleh dosen. Proses menuju rumus tersebut adalah optional tergantung kesadaran si mahasiswa. Beberapa orang menilai bahwa mahasiswa memang harus dengan kesadaran tinggi mempelajari sendiri proses tersebut, namun saya sangsi bahwa si dosen melihat hal yang sama. Lagipula kenyataannya banyak mahasiswa hanya menghafalkan. Implikasi dari 'ke-ilmu-pasti-an' ini, terkadang saya menyimpulkan cara dan pemahaman berdasarkan jawaban yang diberikan. Saya tau ini memang sangat Gila.

Hal kedua dan terakhir yang ingin saya sampaikan mengenai matematika, jangan menggeneralisasikan matematika sebagai aplikasi dalam semua yang ada di hidup ini. Matematika bisa digunakan di berbagai aplikasi, tapi tidak semuanya. Matematika dengan sederhana menyatakan 1+1=2. Lantas mengapa di dalam ilmu fisika 1+1=1.999, atau repot-repot 2.001, atau lain sebagainya? Karena secara realistis, Anda akan kesulitan mendapatkan pengukuran tepat 2 centimeter. Katakanlah 1 jeruk + 1 jeruk = 2 jeruk. Itu adalah hal yang disampaikan oleh matematika secara sederhana. Namun di dalam realita, pedagang menjual jeruk berdasarkan beratnya, bukan kuantiti.

Yang saya maksud dengan jangan menggeneralisasikan matematika dalam segala hal kehidupan, adalah bahwa ada pengukuran-pengukuran tersendiri di dalam matematika itu. Tidak sesederhana matematika dimana 1+1=2, di dalam kenyataan masing2 angka 1 itu memiliki pengukuran tersendiri, 1 bisa jadi 0.9997, atau 1.002. Tidak semua hal bisa dijadikan sebuah persamaan, melainkan pertidaksamaan, dengan selisih yang kecil tentunya.

Mungkin dunia ini akan menjadi lebih baik bila orang tidak me-matematika-kan sesuatu dengan gampangnya. 'Saya sudah bermain 1 jam, sekarang saya mau belajar pula selama 1 jam'. Di lain sisi orang lain bermain selama satu setengah jam dan belajar hanya setengah jam, dan hasil nya ternyata sama. Anda pernah merasakan hal seperti ini? Tentunya karena ada pengukuran tersendiri di dalam setengah jam tersebut. Setengah jam bagi satu orang bisa jadi 2 jam bagi Anda? 'Saya mendapat nilai 100 dan dia 50.', atau 'Saya mendapatkan hasil pemungutan suara sebanyak 2 kali lipat hasil dia.' Apakah berarti Anda lebih baik 2 kali lipat dibanding orang lain?

Di dalam perusahaan, semakin lama jam lembur seorang karyawan maka gajinya akan semakin bertambah. Namun hal yang dia kerjakan selama 10 jam bernilai 2 jam, karena dia kelelahan, atau karena dia sibuk dengan urusan yang lain-lain. Bisa dilihat, sebagian besar atasan lebih memilih gaji per hari dibanding gaji per bulan. Bukan karena takut si karyawan bolos dan lantas mereka untung sehari, tapi si atasan mengharapkan gaji per hari ini lebih sesuai dengan pengukuran hasil mereka yang sebenarnya, bahkan beberapa bisnis memberi upah berdasarkan hasil yang diperoleh. Mereka tidak mau melihat matematika bahwa karyawan bekerja 8 jam dan lantas menggaji selama 8 jam namun yang mereka hasilkan kurang lebih hanya 4 jam, misalnya.

Saya tidak mengatakan bahwa matematika itu tidak realistis. Matematika bukanlah ilmu yang dapat mengukur kerealistisan suatu permasalahan. Namun matematika dapat membantu Anda dalam hal tersebut. Sayangnya bila hanya matematika saja yang Anda gunakan di otak Anda, maka Anda tidak lagi realistis.

Friday, April 24, 2009

Bluetooth 3.0

Bluetooth 3.0 officially launched

The latest version of Bluetooth, Bluetooth 3.0 + HS, was officially launched during a recent meeting among the Bluetooth Special Interest Group (SIG).

Based off of the 802.11 protocol, Bluetooth 3.0 will increase transfer speeds from 3Mbps up to an impressive 23Mbps, according to Bluetooth supporters. The technology is based on Wi-Fi standards and offers power-saving benefits that weren't available with Bluetooth 2.1.

"Utilizing the 802.11 radio was a natural choice as it provides efficiencies for both our members and consumers -- members get more function out of the two radios they are already including in devices, and consumers with Bluetooth 3.0 HS products will get faster exchange of information without changing how they connect," Bluetooth SIG director Michael Foley said in a statement. "We are excited to expand the possibilities of the PAN."

During the announcement, Bluetooth 3.0 is expected to be used to help transfer large amounts of information between PCs and media devices, with wireless syncing available. Bluetooth has mainly been used by mobile phones, but the faster speeds should lead to Bluetooth adoption with more camcorders, TVs, Blu-ray players, cameras, and other consumer devices.

Even though Bluetooth 3.0 is out and about, many manufacturers are just now catching up to the Bluetooth 2.0 standard. Furthermore, no Bluetooth 3.0 devices are available on the consumer at the moment, and won't begin shipping until Q3 this year, if that early.

Tech journalists and analysts long-anticipated the launch of Bluetooth 3.0, and have high expectations of what it will be able to do in the future. Users will be able to transfer music library, DVDs, and photos all in a matter of seconds, a Bluetooth SIG statement said last week.

Foley said there could be a handful of Bluetooth 3.0 devices in time for the 2009 holiday shopping, but officials don't expect a significant amount of products until next year.

link source : here

Bluetooth 3.0 Transfer Speed Demo


Saturday, April 18, 2009

Interview with Anggun

An old interview with Anggun. Just somehow inspirational for me about nationalism, but in some points I say, she over generalized Eastern and Western ;D

Unfortunately I can't get any valid source from this blog.
credit: source link


Ini versi yang belum diedit, untuk rubrik 20Q edisi Nopember kemarin. Wawancara dengan Anggun dilakukan di kantor Universal Music Indonesia, Senin [10/7]. Selama 45 menit lewat sambungan telepon internasional.

Video klip “Saviour” dilarang diputar di indonesia, bagaimana perasaan Anda?
Anehnya dilarang di Indonesia, tapi tetap saja dimainkan, waktu aku datang ke Indonesia untuk promo konser, setiap kali datang ke acara tv, video itu diputar. [tertawa]. Jadi sebenarnya, itu dilarang apa tidak? Maksudnya, officially itu dilarang. Tapi sebenarnya bisa diputar.

Padahal, penampilan Anda di video itu tidak vulgar.
Yang aku sebelnya di Indonesia, kalau kita menggunakan kata-kata seperti seksi, sensual. Kita kan tidak terbiasa dengan kata-kata itu. Jadi mereka kebanyakan suka salah kaprah. Aku pernah ditulis di salah satu Koran, sebelum konser yang di JHCC kemaren. Ditulisnya, ‘Anggun berjanji akan tampil vulgar.’ Sebenarnya arti vulgar untuk orang Indonesia itu apa? Sayangnya para wartawan Indonesia itu nggak ikut sekolah jurnalistik. Nggak ikut sekolah sastra untuk tau bahwa setiap kata itu ada artinya. Nah kalau vulgar, arti vulgar itu apa? Sensual itu apa? Seksi itu apa? Jadi, kalau aku dibilang vulgar, sebenarnya aku dituding sekali. Karena apakah vulgar itu, sesuatu yang hubungannya dengan ikat pinggang ke bawah. Atau, apakah itu kalau misalnya lihat orang pake short, celana pendek, Bermuda, itu vulgar? Apa pake baju renang itu vulgar? Apa telanjang itu vulgar? Masalahnya di Indonesia tuh, nggak ada akses untuk melihat sesuatu yang bisa kita bandingkan. Jadi, karena dari dulu dibilang ini dilarang, jadi kalau lihat perempuan yang agak terbuka sedikit, bilangnya langsung vulgar. Itu kan jorok? Masa sih, aku dibilang jorok. Maksudnya apa? Jangan sampai wartawan-wartawan Indonesia membina kesalahpahaman ini.

Di lagu “Undress Me”, Anda minta diingatkan kalau tidak jadi diri Anda sendiri. Dalam kehidupan nyata, seberapa sering itu terjadi?
Setiap aku bikin lagu, itu bukan melulu otobiografi. Undress me itu sebenarnya hanya metamorfosis. Kalau cuma dilihat kalimat undress me, sudah jelas itu telanjangi saya. Tapi kalau kita lihat kalimat sebelumnya. ‘when I wear my bad moods to my mouth, you should undress me.’ Jadi, itu bukan baju yang dicopot. Jadi, kata-kata jelekku, kejahatanku kalau aku bicara. Bad mood lah. Makanya, jangan melulu ngambil satu kalimat, karena ini pasti salah kaprah. Dan ini pasti membina kesalahkaprahan.

Maksudnya, dalam kehidupan nyata, seberapa sering Anda bad mood?
Namanya juga perempuan. Setidaknya, seminggu sekali kami boleh bad mood. [tertawa]. Kan hormonal.

Di salah satu situs, saya baca Anda bilang, “Love is when you wake up in the morning and have a big smile.” Kenapa Anda bisa berkata seperti itu?
Itu buat aku memang benar. Cuma, sekarang cinta itu tidak melulu kebahagiaan. Kadang-kadang cinta bertepuk sebelah tangan. Jadi, kebahagiaan itu sangat relatif. Apakah kita bisa bahagia melihat dia bahagia? Jadi buat aku, sekarang, sebenarnya arti kata itu, kalau kita bangun dan tidur, kan ada hari yang berjalan. Apa yang terjadi di situ.

Apa bedanya bekerja dengan musisi indonesia dibandingkan musisi luar?
Bedanya kalau musisi luar sangat menghargai waktu. Lebih apa ya, pokoknya kalau jam karet itu kan, Indonesia banget. Sangat disiplin, sangat menghargai waktu. Sangat menghargai orang. Menghargai waktu tuh, ya ampun mas, kalau di Indonesia, menunggu itu sudah jadi sesuatu yang cultural. Makanya, kalau aku datang ke Indonesia, setiap kali aku menunggu wartawan, atau nunggu apapun. Kesannya tuh aku tidak dihargai. Kalau aku datang ke Indonesia, kan waktunya sempit sekali. Ini sudah sempit, mereka telat.

Intinya, soal disiplin waktu?
Aku cuma bisa bilang tentang musisi aku ya. Mereka nggak punya ego. Kebanyakan musisi di sini, kalau dipilih jadi musisi untuk artis, egonya itu ya artisnya itu. Musisi aku, setiap aku ke panggung, mereka nanya aku, boleh nggak pakai baju ini. Nah aku kan provide mereka dengan wardrobe. Aku inginnya mereka pakai hitam semua. Pokoknya aku kasih dresscode. Jadi segala sesuatunya minta ijin aku. Dulu, tahun ’90-an waktu aku kerja dengan musisi Indonesia, waktu itu mereka ka nasal-asalan saja.

Selain musiknya, apa sebenarnya yang membedakan Anggun sekarang dengan Anggun era ’90-an?
Ya bedanya dari semua sisi. Penampilan, musik, semua hal. Beda tuh pasti. Untungnya berbeda. Coba kalau sama. Itu kan justru saya malah yang khawatir.

Skala satu sampai sepuluh, berapa Anda menilai perkembangan karir Anda sekarang?
Aku sama sekali tidak mengukur begitu. Aku sama sekali bukan ibu guru. Nggak mau ngasih angka. Segala sesuatunya ada logikanya, ada prosesnya. Kalau kita ngasih angka, kesannya tuh kita nggak menghargai proses hidup, atau proses kehidupan seseorang.

Lantas, definisi sukses menurut Anda?
Sukses itu kalau kita bisa berhasil tanpa harus menjual diri dengan kemusikan saya. Jadi, nggak bikin kompromi yang akan saya sesalkan.

Bagaimana Anda melihat sosok Anda ketika memakai baret dan sepatu boots?
Ya sekarang lucu aja. Soalnya namanya juga proses. Itu kan awal ’90. Ya orang-orang dulu pakai bajunya seperti itu. Mungkin tidak berbaret ya, tapi rambutnya dulu ya aku pakai permanent. Ke sekolah ya begitu semua. Jadi nggak aneh.

Tahu tidak? Video klip “Tua Tua Keladi” masih diputar di salah satu tempat karaoke di Jakarta.
Justru waktu aku kemarin konser, aku bilang sama mas Jay, aku ingin daripada punya opening act, aku ingin opening act-nya lagu-lagu lamaku. Supaya orang-orang lihat aku tuh begini. Sekarang begini. Mereka jadi lihat proses perubahan atau metamorfosis seorang Anggun.

Kemarin sempat tinggal di Kanada ya. Apa bedanya tinggal di Kanada dengan Paris?
Sebenarnya aku bisa tinggal di mana saja. Cuma di Paris lebih praktis saja. Karena pekerjaan aku kan terpusat di sini.

Apa sih yang Anda rindukan dari Indonesia?
Aku rindu keluargaku, temen-temenku, sama suasana hidup di sana yang serba mudah.

Memang apa bedanya dibandingkan dengan tempat tinggal Anda sekarang?
Di sini, segala sesuatunya serba Euro. Mahal dong. Dan serba ini, segala sesuatunya lebih rumit orang-orangnya. Kadang-kadang harus bersilat lidah. Supaya mendapatkan sesuatu. Jadi kesannya, kita lebih akal-akalan. Di Indonesia kan segala sesuatunya gampang. Punya anak gampang. Kalau misalnya kerja, ada babysitter, ada orangtua. Di sini kan nggak. Mahal. Belum tentu dapat babysitter yang baik.

Lantas, bagaimana Anda memandang indonesia sekarang?
Yang aku lihat dari sini, Indonesia sedang banyak sialnya. Dari alamnya. Kemarin di Jogja, kemarin tsunami. Cuma sayangnya yang tadinya aku pikir kan, Indonesia itu sedang jatuh. Malah aku pikir, kita harus bangun. Eh aku malah dengar, yang tsunami kemarin masih banyak yang korupsi. Ya ampun, itu uang untuk korban malah dikorupsi. Aku jadi, sayangnya Negara kita tuh sebenarnya Negara yang kaya. Cuma kita tuh nggak bisa ngelolanya. Terlalu banyak orang yang punya mentalitas sangat feodal. Bertahun-tahun dijajah Belanda, sekarang dijajah bangsa sendiri.

Di salah satu tv, Anda bilang tidak mau lagi tinggal di sini. Waktu itu, karena RUU APP akan disahkan. Lantas, alasan utamanya karena karir, atau memang Indonesia sudah tidak nyaman lagi buat Anda?
Aku tidak pernah bilang, tidak mau lagi tinggal di Indonesia. Aku harus lihat dulu, bagaimana sisi ekonomisnya. Bagaimana sisi politiknya. Apakah Negara ini bisa bertoleransi. Kalau masih ada seperti Undang-Undang yang membuat kehidupan artis jadi lebih sempit, aku nggak mau. Kita jadi tidak bebas berkarya, bebas berpikir. Mana mau aku tinggal di Negara seperti itu. Sama saja seperti aku tidak ingin tinggal di Negara yang masih memberi hukuman mati ke seseorang. Karena buat aku, bukan manusia yang berhak atas hidup dan kematian seseorang. Makanya aku tidak bisa tinggal di Amerika. Karena masih ada hukuman mati. Di Indonesia juga.

Prancis bisa memberikan yang Anda harapkan?
Di Prancis sudah tidak ada hukuman mati dari tahun ’70-an. Dan enaknya di Prancis, seseorang berhak untuk berkarya dan membuat sesuatu yang mereka suka. Aku sangat menghargai itu. Cuma sayangnya di Prancis, pajaknya besar sekali. Wuuuuh. Aku bayar pajak bisa lima puluh persen. Jadi kalau tinggal di sini, dapat uang di sini, harus bayar. Walaupun Anda warga Negara Korea atau Cina.

Seberapa penting sih kewarganegaraan buat Anda?
Yang aku nggak sukanya dengan pertanyaan seperti ini, kesannya banyak orang nggak tahu. Padahal aku sudah ke kanan kiri menjelaskan kenapa aku pindah kewarganegaraan. Aku ganti warga Negara karena aku tidak dibantu sama pemerintah Indonesia. Kesuksesanku tidak dibantu sama sekali oleh orang Indonesia. Malah banyak orang Indonesia mengritik aku. Terus, sekarang aku sukses banyak orang bilang, ‘Oh dia seperti kacang lupa kulitnya. Ganti kewarganegaraan. Padahal, sama sekali nggak ada hubungannya dengan itu. Aku tuh kadang-kadang suka menyesal memberi informasi ini, karena banyak orang menuding dan bicara yang nggak nggak. Tapi dari dulu memang sudah seperti ini. Dikritik justru sama orang dari negeri sendiri. Orang lain bilang nggak ada masalah. Tapi buat orang Indonesia ada masalah.

Ada yang mempersoalkan nasionalisme ya?
Karena kan buat kebanyakan orang Indonesia, dan kebanyakan yang ditulis tentang kewarganegaraan, aku tuh dibilang meninggalkan Indonesia, kawin dengan orang bule, terus sekarang sangat sudah tidak Indonesia lagi. Sekarang malah justru akunya meninggalkan kewarganegaraan Indonesia. Buat mereka, aku sudah nggak Indonesia lagi. Padahal, apakah warna buku sekecil itu, yang ukurannya lima belas dan sepuluh centimeter mengukur kenasionalismean seseorang? Kan nggak juga. Kalau segala sesuatu diukur karena ah yang penting dia paspornya masih Indonesia, tapi kelakuannya tuh sangat tidak pro Indonesia, ngomongnya ke-Barat-baratan, terus sangat melecehkan Negara sendiri. Apakah itu lebih penting di mata Indonesia? Apakah lebih penting orang seperti aku? Yang mencoba mengangkat nama Indonesia dari luar, tapi tidak pernah dibantu sedikit pun oleh pemerintah. Malah dibantu Pemerintah Prancis.

Bantuan seperti apa sih yang diharapkan?
Aku tuh ingin dibantu seperti misalnya dipermudah soal visa. Makanya, aku minta ke orang KBRI. Karena orang KBRI banyak fasilitas. Jadi, aku datang ke Pak Dubes, aku tanya, Pak Dubes bisa nggak aku kasih fasilitas tertentu, supaya aku dipermudah setiap kali aku promosi ke Negara-negara. Setiap Senin, aku bangun setengah tujuh pagi, ke kantor-kantor kedutaan asing. Nah itu kan setiap hari. Aku kan harus kerja. Jadi, bukan pekerjaan aku ngantri untuk visa. Malah ada di beberapa Negara yang pasporku ditolak. Aku minta sama Pak Dubes, bisa nggak aku minta fasilitas? Dia malah bilang, ‘Nggak ah nggak bisa. Wong anakku juga nggak dapat kok.’ Memangnya, anaknya Pak Dubes tuh ngapain? Mereka paling sekolah di luar. Aku kan beda.

Perlakuan Pemerintah Prancis berbeda?
Justru aku malah dapat penghargaan. Karena aku mengangkat kultur Prancis di luar. Kebalik banget. Aku setiap kali wawancara dengan wartawan luar, mengangkat nama Indonesia. Aku bela-belain kalau ada masalah. Waktu Playboy kantornya dihancurkan, mereka nanya ke aku. Langsung aku bela-belain sampai berdarah-darah. Nah yang begitu, orang-orang nggak pernah lihat. ‘Kok, kamu ganti warga Negara sih? Nah, masalahnya yang Negara Indonesia kasih ke aku apa? Kenapa selalu akunya dituntut. Aku minta bantuan sekali saja.

Anda sakit hati karena itu?
Nggak. Cuma kaget saja. Kalau aku disinggung masalah ini dengan cara kesannya tuh dilecehkan. Dulu waktu aku pertama kali datang ke Indonesia dengan album pertama, “Snow on the Sahara”. Ada wartawan yang ngomong ke aku pakai bahasa Inggris. Karena mereka pikir aku sudah lupa bahasa Indonesia. Aku merasa tersinggung, sakit hati. Mungkin banyak artis Indonesia yang ngomongnya tuh setiap kali wawancara pakai bahasa Inggris. Setiap dua kata pakai bahasa Inggris, atau mengakhiri kalimatnya dengan kata-kata bahasa Inggris. Aku nggak!

Di negeri sendiri, Anda diperlakukan seperti itu ya?
Dan aku dituding. Karena sudah tidak tinggal di Indonesia lagi. Dan karena aku sudah tidak punya paspor Indonesia. Padahal, itu sama sekali bukan kemauan aku. Jadi, ironisnya tuh begitu. Tapi nggak apa-apa sih. Karena aku sekarang tidak peduli. Aku Cuma peduli sama pendapat keluargaku, teman-temanku, orang-orang yang aku kenal. Selain itu, yang mereka nggak kenal aku, terus ngritik, aku nggak mau dengar. Buat aku, itu bukan sesuatu yang normal. Setiap kali lihat di situs-situs, yang mengritik selalu orang Indonesia. Orang Italia memuji. Orang Amerika memuji. Orang Indonesia, ya ampun, ‘Videonya jelek. Fotonya jelek. Liriknya kok begitu?’ Jadi, aku selalu dikritik sama orang Indonesia. Kan aneh.

Menurut Anda kenapa?
Nggak ngerti. Makanya, aku tuh kesannya nggak mau membikin usaha untuk mereka. Jadi salah kaprah. Kalau aku nggak ngomong, dituding juga. Kalau ngomong, dituding lagi. Jadi, sekarang aku masa bodoh. Ini karirku. Ini hidupku. Pasporku. Aku nggak minta ijin dari siapapun. Sekarang satu-satunya orang yang bisa menolong aku, ya diri aku. Aku nggak mau mendengar kritik-kritik yang nggak membangun. Itu aku masa bodohin. Ya kita balik lagi ke titik awal. Menghargai usaha. Mungkin karena di Indonesia, banyak yang system apresiasinya berbeda. Aku pernah lihat konser orang Indonesia. Banyak yang VIP-nya, sudah pulang. Aku nonton konser salah satu diva. Pak pejabat datangnya telat satu jam. Datang dengan dua belas orang. Itu kan mengganggu orang lain. Dan kita tidak tahu cara mengapresiasi sesuatu. Usaha orang. Waktu orang. Bakat orang. Di Indonesia banyak orang pintar, tapi sayangnya kita tidak pernah diajari apresiasi.

Di luar lebih bagus ya soal apresiasi?
Jangan salah ya. Nggak semua yang di luar itu lebih bagus. Cuma, karena kita bicara soal apresiasi. Jangan disamaratakan dengan hal lain. Di luar tuh, ada debat. Misalnya, Playboy dibilang jahanam. Mereka terlalu sering dibilang seperti ini. Jadi salah kaprah. Jadi percaya. Padahal yang lebih parah dari Playboy lebih banyak. Sayangnya, tidak ada tempat untuk berdebat. Kalau di sini, kalau ada satu topic yang akan mengganggu. Orang-orang tukar pikiran. Debat. Masing-masing memberi opini. Jadi semua tahu. Di Indonesia kan nggak. Ini menjatuhkan perempuan lah. Ya nggak dong. Sayang aja.

Bagaimana pendapat Anda soal banyak musisi indonesia yang bilang ingin go international?
Lah wong akunya dulu juga begitu. Yang jelas, sekarang jangan ngomong aja. Bertindak.

Apa kritik Anda untuk industri musik di Indonesia?
Aku sama sekali nggak punya kritik-kritik yang apa-apa. Aku bukan pakar musik. Yang aku lihat cuma, ya ada tempat ada market untuk semua jenis musik. Yang aku sayangkan, jangan sampai pemerintah Indonesia menghalangi musikalitas seorang artis dan juga kehidupan artis. Pokoknya, dari cara dia mengekspresikan diri. Apakah dia dalam musik, dalam kata-kata, cara dia bergaya. Soalnya sebagai seorang musisi, artis kan kesannya bebas. Seperti pelukis, seperti pemahat. Pokoknya kalau dalam bidang seni, harus dilihat dan dinilai dari mata seni.


Apakah Anda mendokumentasikan karya-karya Anda dengan baik?
Nggak juga. Sebenarnya itu sama sekali bukan pekerjaannya seorang artis. Itu bukan tugas aku.Aku sama sekali nggak begitu koleksi. Justru banyak fansku yang koleksi. Mereka kasih lihat aku, ya ampun kamu dapat ini dari mana?

Sepayah itukah pria Indonesia sehingga anda memilih pria asing?
Nggak juga. Soalnya kan kalau kita jatuh cinta, itu tidak diatur. Dulu waktu masih SMP suka ditanya, ingin pacar yang gimana? Inginnya yang tinggi, yang lucu, segala macam. Itu kan kita tidak tahu kalau kita jatuh cinta. Apakah kita bisa mendisiplinkan hati? Nggak juga kan? Dan kebetulan karena nggak ada orang Indonesia yang naksir aku.

Apa bedanya pria asing dengan pria Indonesia?
Nggak tahu. Wong dulu pacaran dengan orang Indonesia waktu SMP dan SMA. Mungkin kalau pria Indonesia itu, suka sok kuasa. Segala sesuatunya harus minta ijin ke saya. Makanya, banyak sekali pertanyaan ke aku dari wartawan Indonesia, ‘Mbak suami mendukung nggak sih kegiatan mbak?’ Ya ampuun. Kalau suamiku nggak mendukung, ya suamiku aku pecat. Dianya kerja untuk aku. Jadi, di kultur Indonesia itu, segala sesuatu harus lewat suami dulu. Dibina supaya lelaki kuasanya lebih besar daripada perempuan. Perempuan harus cantik, supaya suaminya setia. Nah, kalau suaminya gemuk, nggak merawat diri. Istrinya bisa lari dong. Makanya, di generasi aku, kami menuntut yang sama dari laki-laki. Kami juga ingin laki-laki yang sosialitasnya bagus, yang bisa masak, yang bisa jaga anak, dan juga jagoan di tempat tidur. Masa kami diminta yang sama, laki-lakinya leha-leha begitu.

Sikap seperti ini sudah ada dari dulu, atau setelah tinggal di luar?
Ini kan setelah jadi dewasa. Segala sesuatu kan proses hidup. Dari pengalaman hidup, dari contoh-contoh yang dilihat dari kiri kanan, apakah keluarga, atau teman-teman. Aku kan sempat asosial sekali. Aku sangat hidup di sekelilingku, yang kawin cerai kawin cerai, mereka seperti apa hidupnya. Nah, dengan begitu aku sangat menekankan bahwa aku menuntut yang sama dari laki-laki. Dan buat aku, adil. Masa sih, kita jangan sampai lelaki menuntut keperawanan perempuan, sementara kita tidak bisa menuntut keperawanan laki-laki. Pokoknya, jangan sampai hak kemunafikan itu tidak boleh hanya di lelaki saja. Perempuan juga boleh.

Ada kelompok musik/penyanyi indonesia yang menarik minat Anda sekarang?
Aku suka Peterpan. Aku suka melodinya dia. Aku suka suaranya Agnes Monica. Aku suka Candil. Ooh. Dia kan Mariah Carey-nya Indonesia. Aku nge-fans banget sama Seurieus. Mereka musikalitasnya oke. Tapi menghibur. Lucu, tapi serius. Pokoknya waktu mereka bilang, aliran musiknya Happy Metal. Emang bener sih. [tertawa]. Itu konsep musik yang oke. Aku punya album mereka semua.

Album paling berkesan buat Anda?
And Justice for All dari Metallica. Itu masa remajaku banget. Dan sampai sekarang, kalau aku mau bernostalgia, pasti dengernya itu.

Sunday, April 5, 2009

Shinjuku Incident


In cinemas 2 April 2009.

Facts
Jackie Chan introduced several surprising facts in this movie. Being a martial actor for decades, he is now moving into drama. For fans who are highly anticipating for his fast movements, kicks, jumps here and there, it's not a good recommendation to watch this. After watching this movie, I did not see any kungfu action here. Once being attacked, he keeps running and running the whole time. He did rifles, guns. The whole 'incidents' will be what you usually see in western movies. No kungfu at all, but does not mean it's a bunch of crying scene here. No, there is no sad crying scene here.

The second new fact is, he turns to be a bad person here, yeah extremely bad. It's all about crime. Stealing expensive items, doing tricks in his gaming center, selling fake phone cards & credit cards, and many many many more deceptions done to get money, power. You will see he kills several big bosses here for the sake of money, and maybe, love. Is to sleep with prostitutes considered a crime?? lol. He did many strange scene never done before in his career.



Storyline
I personally get difficult to get into the time dimension at first, or maybe I'm too fool for that, not sure. The story then begins in 1990s where many Chinese immigrants are planning to illegally enter Japan. I really get confused in the beginning but I guess the reason is for a better living. Once a small opportunity comes, finally they arrived there. Chan's girlfriend Xu Jinglei (as XiuXiu a.k.a Yuko) went there for a job leaving Chan alone. For years he went back and forth tried to get contact with his beloved but finally they get lost. With full of confusion he tried hard to get to Japan, where countless of problems come one after another. He found his good friend Daniel Wu (as Jie) and many other friends. They end up a group of Chinese struggling to face local gangster there. The biggest one in this story is called Yakuza.


Ending
I can't believe it. The chinese group comes to Japan just to put their lives in the end. No one of Chan's Chinese friends in the gang left. It's more tragic that some of them end by killing each another, where before they struggle for friends' lives even risking ownselfs. Daniel Wu's life is the most tragic one.

Casts
I dont find any special acts from Jackie Chan. I'm just impressed with Daniel Wu's acting here. It may be caused of his role which needs more energy to put into. Chan's role is just so so for me. Masaya Kato's face really suits his role...lolz The same thing also with Xu Jinglei.


Message
In the end a sentence is displayed. Hmm, I question why they try the easiest effort for it. That's about a real story of illegal Chinese immigrants secretly moved into Japan during 1990s.
In my personal thoughts, it's about an extremely difficult life of foreigners in Japan. Though Japan was already a much modern country during the period, they cannot afford any foreigners to be aside. The film is not pointing at racisms but the Chinese foreigners really get suffered even till the end of their lives. Second may should be about friendships, betrayal. Third is what always exists in poor countries. In this film Chan reminded her girlfriend not to move to Japan since she will never come back once succeeded and she still never believed it. Finally she really did not move back.


Violence
Absolutely not for children, believe it. I try to close my eyes when Wu's hand is slaughtered in an extreme way, I never imagined before. And then that shattered hand is crashed. I cannot sleep peacefully in the night >< though I loved his acting in this scene. He gets it. In the end, one in the gang slaughters his friend's neck. hhuuuufffff...... This is what Jackie Chan delivered to us for exchange of kungfu, lolzzz..

Saturday, April 4, 2009

Sacredly Agnezious


Perhaps this is one of the most anticipated album after Peterpan's Hari Yang Cerah (2007) which was released in a gap of more than one year than previous album, plus they took almost a year hiatus during that time. Sacredly Agnezious is released nearly 3.5 years after Agnes' second album. The first single was introduced one year ago and the album name was announced several months after. This album also her remarks as a song composer, where she never did in before.

Background
I remembered Indo's VJ Daniel mentioned many times during June/July 2008 in MTV Ampuh that Agnes was working on two albums, one indonesian and one international, in which she would be the producer, first breakthrough for her. In August finally she officially announced title of her new album, and surprisingly, there was no updated information about the album, till March 2009.

First new song revealed is 'Matahariku', as soundtrack for her TV serial in early 2008. Being surprised that the song got so high popularity that reached ringbacktone number of around 1 million, the label company immediately produced an MV for the song, resulted in her simplest video so far. Second single is 'Godai Aku Lagi'. The main difference from 'Matahariku' is that GAL was released as the expected strongest song in the new album, not by chance. The MV was released in August'08 and together with 'Matahariku', both songs are released as a single titled 'NEZ'. This single also remarked that her album was postponed without any valid reasons.

Tracklist:
1. Godai Aku Lagi
Agnes' first own composed song. I listened to this song firstly around late July/early August '08 from radio. First impression was, 'what song is this?!#$%@ '. However later I found that the melody is so catchy and strong enough. I think the song might be better if the whole main background music was Pop-R&B instead of electro/disco/Hip-Hop, because this kind of music will not get into Indonesian music, at all, ever. I love the song more after the video was created. It's cool but the problem is, am I watching a few seconds of Rihanna here??
MV


2. Janji Janji
Simply love it. The only song that reminds me of her previous album. The rests are new styles. I hope this will be the 4th single. Sadly this is rather disappointed that in this album there is no huge upbeat song like 'Bilang Saja' or 'Tak Ada Logika'.

3. Hanya Menunggu
Electro/HipHop genre which is now so popular in the US. Actually there are several genres in this song. I get bored in the middle. The ending gets interesting though. But, hey I hear 'baby boy' in the end, it's Beyonce's trademark, but okay whatever. Weakest upbeat song in this album, but not that bad.

4. Teruskanlah
3rd single. Its music video was released together with the album. I love the high pitch in the last reff. Nothing interesting actually.
MV


5. Coz I Love You
Most beautiful , relaxing song in the album, in terms of music, lyric, and voice. She sang this so softly that the first verse reminds me of Sherina lol. I wish either this or 'Rapuh' will be the next ballad single. She composed the song together with Sandy, but I guess the main melody was done by Sandy.

6. A. G. N. E. Z
Interesting song. So much English used here. Although composed together with Yudis, I guess she wrote the whole lyric. I am wondering who a rapper featuring in this song is.
Album Launching (April 1, 2009)


7. Berlebihan
Another Sandy's composition, but somehow I get bored for first one minute. The rest is so nice. Maybe because I do not like jazzy song lol. Nothing special for me in this song except her vocal performance. As the title says, it's a six-minutes length song!!

8. Matahariku
Absolutely the best ballad, personally I think her best ballad ever as well as her best performance for any ballads. I wonder how come the label could not predict this song to be a huge hit. They did the video so instant. Although she appears beautifully, this song reserved much better quality video than that. Her vocal here is very dynamic. Sometimes I think it's too much. I don't know it's a good sign or bad, but for me it's perfect. I think she recorded this song many times, and the result is perfect, but she herself cannot sing this song live that dynamic. Love the intro, verse, chorus, interlude, and perfect ending. Just perfect. Surprise!! The composer is a new comer in the industry...
MV


9. Shake It Off
Bali!!!! Yeah I imagined Balinese culture everytime listening to this song, makes me want to go there one day T_T. Sang (no, lipsync actually) first time in October'08 Asia Song Festival in South Korea, she showed another self-composed song by her. Maybe a new innovation. She mentioned it's a mix of many genres. For me, Erwin Gutawa's arrangement affects it more pop than should be, although his arrangement is extremely great. The music sounds using many traditional instruments. First part of the lyric is Indonesian, followed by English in the rest. I wish this is the 4th single, but because of too many English used, I doubt it will. My only problem is, what is the meaning/message of this song???
Asia Song Festival (Oct'08)


10. Rapuh
As predicted. this song is so great. No one wondering if they know the composer is Badai 'Kerispatih'.

There are another 3 songs for intro-interlude-outro.

As conclusion, does the album worth 3 years ++ of anticipation?